POROSIDN.COM – Potret ketertinggalan infrastruktur jalan kembali terlihat di Kabupaten Pandeglang. Warga Desa Mangkualam, Kecamatan Cimanggu, harus bergotong royong memperbaiki jalan kabupaten yang menjadi akses utama tujuh desa. Kegiatan dilakukan siang dan malam dengan cara swadaya menggunakan peralatan seadanya.
Berdasarkan pantauan wartawan, puluhan warga tampak melakukan pengecoran jalan pada malam hari. Pekerjaan dilakukan dengan alat sederhana, sementara kebutuhan material seperti semen dan pasir diperoleh dari hasil swadaya masyarakat.
Tokoh pemuda setempat, M. Udiana, menyatakan bahwa perbaikan jalan secara swadaya dilakukan karena tidak pernah ada perhatian dari pemerintah.
Padahal, gubernur Banten memiliki program Bang Andra yang digadang-gadang membangun jalan poros desa, dan Bupati Pandeglang dalam kampanyenya juga berjanji bahwa infrastruktur jalan sebagai prioritas. Namun hingga kini, jalan kabupaten di Desa Mangkualam tidak pernah tersentuh pembangunan pemerintah.
“Demi keselamatan masyarakat kami rela swadaya. Jalan ini satu-satunya milik kabupaten yang dilalui masyarakat dari tujuh desa. Tidak ada jalan lain. Inisiatif ini juga sebagai bentuk pesimisme kami terhadap pemerintah,” kata Udiana.
Jalan tersebut menjadi urat nadi perekonomian warga, mulai dari akses anak sekolah, distribusi hasil pertanian, hingga mobilitas menuju fasilitas kesehatan. Namun kerusakan parah membuat aktivitas masyarakat sering terganggu. Pada musim hujan, genangan air dan jalan berlubang meningkatkan risiko kecelakaan.
Kondisi ini memperlihatkan adanya ketimpangan antara program pembangunan yang dijanjikan dan implementasi di lapangan. Berbagai jargon pembangunan infrastruktur sering digaungkan, namun realisasi yang dirasakan masyarakat masih jauh dari harapan.
Seorang warga bahkan menyampaikan celetukan bernada kecewa, bahwa “sampai kiamat pun pemerintah tidak akan membangun jalan ini.” Ungkapan tersebut mencerminkan pesimisme masyarakat terhadap pemerintah yang dianggap tidak konsisten dalam mewujudkan janji pembangunan.
Fenomena di Desa Mangkualam menjadi pengingat bahwa kebutuhan dasar masyarakat pedesaan belum sepenuhnya terpenuhi. Swadaya warga seolah menjadi solusi terakhir di tengah lambannya respon pemerintah. Jika kondisi ini terus dibiarkan, kesenjangan antara retorika pembangunan dan realitas masyarakat akan semakin lebar. ***